EMPAT ILMU WARISAN LELUHUR BORNEO

Warisan leluhur nusantara alias nenek moyang kita sungguh sangat banyak. Baik berupa warisan pikiran, keyakinan maupun benda-benda. Berikut ini salah satu warisan nenek moyang dari bumi Borneo/Kalimantan.

Tepatnya di Kecamatan Embau Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Kecamatan ini dihuni oleh Suku Embau yaitu suatu kelompok masyarakat yang masih keturunan suku Dayak Embaloh, yang saat ini lebih menyatakan diri mereka sebagai Melayu. Suku Embau ini bermukim di sepanjang sungai Embau kabupaten Kapuas Hulu provinsi Kalimantan Barat.

Suku Embau, adalah keturunan dari suku Dayak Embaloh. Walaupun mereka masih berdarah dayak, tetapi mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai orang Embau, atau Melayu Embau.

Bahasa Embau yang asli diperkirakan telah punah dari peradaban sejak akhir abad ke-19. Bahasa Embau telah punah karena tidak ada lagi penutur bahasa ini. Masyarakat Embau, pada awalnya berbicara sehari-hari mengggunakan bahasa Embau —mirip dengan bahasa Dayak Embaloh. Tetapi karena dominasi bahasa Melayu di daerah ini secara perlahan-lahan bahasa Embau tergeser oleh bahasa Melayu. Pada saat ini suku Embau menggunakan bahasa Melayu, walaupun beberapa kata dalam bahasa Melayu yang mereka gunakan masih terdapat beberapa kata dalam bahasa Embau. Oleh karena itu bahasa yang mereka pakai sekarang disebut sebagai bahasa Melayu Embau.

Punahnya bahasa Embau, maka punah juga budaya asli suku Embau, karena saat ini berbagai acara adat mengikuti segala bentuk budaya Melayu. Bahkan perilaku dan cara berpakaian pun telah mengikuti cara-cara melayu. Termasuk kawin-campur antara orang Embau asli dengan orang-orang Melayu sehingga budaya dan agama Melayu ini pun terserap ke dalam masyarakat Embau. Dan saat ini suku Embau secara mayoritas telah memeluk agama Islam.

Sebagaimana suku-suku di Indonesia, masyarakat Embau juga memiliki Ilmu-ilmu goib yang dipercaya memberikan banyak manfaat untuk hidup sehari-hari. Di antaranya akan kita paparkan di bawah ini:

ILMU SELAMAT

Ilmu ini adalah ilmu warisan leluhur suku Embau, dan bisa jadi dengan ini pula suku Embau diselamatkan Tuhan sehingga selamat dan lolos dalam tragedi “Mandor” yang berdarah pada tahun 1943, di mana tentara Jepang melakukan penangkapan dan pembantaian massal kepada masyarakat suku Embau.

Caranya:

Setiap pagi, genggamlah kedua tangan dan putarlah dengan arah dari bawah ke atas sambil membaca doa mantra. Lakukan sesering mungkin selama beberapa hari. Ketika hendak digunakan maka lakukanlah seperti biasa, sebaiknya lakukan sebelum bepergian.

Insya allah kita akan selamat dari senjata apapun, dari musibah bala bencana atas ijin Allah SWT. Inilah mantranya:

TIK KUNANG URAT JENALLAH

TUNGKAT DAN SYAHADAT

CAHAYA MANIKAM

NURMANI LAHUL ALLAH

AYATULLAH HAS SIFATULLAH.

—–&&&—-

ILMU MALAIKAT EMPAT

Pada masa muda seseorang perlu melengkapi diri dengan belajar ilmu silat dan apabila sudah memiliki ilmu silat maka seseorang perlu juga memiliki ilmu batin silat/ ilmu goib silat. Ilmu ini adalah tambahan agar orang yang belajar silat agar memiliki daya kekuatan supranatural.

Inilah mantra doa ILMU MALAIKAT EMPAT PAKAI BELAJAR SILAT yang dibaca sebelum kita menggerakkan jurus-jurus apa saja:

JIBRIL DI MUKAKU

MIKAIL DI KANANKU

ISRAFIL DI KIRIKU

IZRAIL DI BELAKANGKU

MUNKAR DI ATASKU

NAKIR DI BAWAHKU

ROKIB DI KANANKU

ATID DI KIRIKU

RIDWAN DI MUKAKU

MALIK DI BELAKANGKU

MUKORROBIN DI MUKAKU

BERKAT DOA LA ILAHA ILALLAH

BERKAT MUHAMMADARRASULULLAH

—-&&&—–

ILMU KOBAL— ILMU KEBAL SENJATA

Caranya cukup mudah yaitu selesai sholat lima waktu baca sekali dan tiupkan ke telapak tangan lalu usapkan ke seluruh tubuh. Insya allah tidak lama kemudian anda akan kebal atas ijin Allah SWT. Bila akan digunakan untuk menghadapi musuh cukup baca sekali dan tiup ke tangan lalu usapkan ke tubuh.

Baca dan hapalkan doa ILMU KEBAL ini…

AH BANGUN

JAGAT PUN BANGUN

BANGUN CULA

SALAMULLAH HU BANGUN

BESI KURSANI

URAT SEPERTI KAWAT

TULANG SEPERTI BESI

DARAH SEPERTI TIMAH

KULIT SEPERTI BELULANG

BERKAT DOA LA ILAHA ILALLAH

BERKAT MUHAMMADARRASULULLAH

—–&&&—–

ILMU ANTI KEBAL

Sebelumnya, Mari kita belajar sedikit tentang tubuh kita sendiri yang kita kenal dengan tulang sulbi atau bahasa Inggrisnya Coccyx. Tulang sulbi terletak pada bagian terbawah dari tulang belakang. Oleh sebab itu ia juga dikenali sebagai tulang ekor.Tulang sulbi adalah tulang yang pertama yang diciptakan oleh Allah ketika proses penciptaan Nabi Adam AS.

Pada hari kiamat kelak, semua makhluk akan dimatikan termasuklah malaikat dan ketika itu hanya Allah saja yang Maha Hidup. Sewaktu hari kebangkitan nanti, Allah SWT akan membangunkan semua manusia lagi, mulai dari nabi Adam sampai manusia terakhir yang lahir sebelum kiamat. Hebatnya tulang sulbi ini tak akan hancur di dalam tanah dan termasuk dalam salah satu benda paling keramat yang tidak akan musnah dengan izin Allah.

Tulang sulbi banyak disebutkan dalam hadis. Antaranya, Dari Abu Hurairah Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya semua bagian tubuh manusia akan rusak, kecuali tulang sulbi, dari tulang ini pertama kali manusia diciptakan, dan dari tulang ini manusia dibangunkan dari kematian di hari akhir” (HR. Bukhari, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah)

Membahas Tulang sulbi ini juga menarik. Ada ilmu-ilmu, misalnya inti besi kursani atau ilmu anti kebal menggunakan media tulang sulbi. Berikut ini akan kita paparkan tentang ILMU ANTI KEBAL.

Caranya:

Letakkan jari telunjuk ke ujung tulang ekor /tulang sulbi. Selanjutnya baca: BABUL JANAB 3 x dan angkat jari telunjuk dan oleskan ujung jari telunjuk ke ujung pedang atau ujung peluru, atau ujug tombak. Senjata siap digunakan untuk melumpuhkan pemilik ilmu kebal.

Mudah bukan?

Keempat ilmu diatas silahkan diamalkan bagi yang berminat. Bila tidak berminat silahkan dijadikan tambahan pengetahuan saja. Terima kasih. SALAM BHINNEKA TUNGGAL IKA…

TRADISI SAPARAN: YAQOWIYU DI KLATEN JAWA TENGAH

 

Jatinom adalah nama suatu kecamatan di Klaten Jateng sekaligus kota pusat pemerintahannya. Jatinom terletak pada jalur utama yang menghubungkan antara Klaten dan Boyolali. Di Jatinom setiap bulan Sapar diadakan “SEBARAN APEM” atau Yaqowiyyu. Tradisi ini dilaksanakan pada hari Jumat di bulan Sapar yang berada di dekat masjid besar Jatinom. Orang Jatinom biasa menjadikan momen ini sebagai ajang bersilahturahmi ke sanak saudara, sehingga dapat dikatakan sebagai belaran orang Jatinom. Pada saat itu, setiap rumah membuat kue apem, yang nantinya disajikan kepada tamu yang datang. Tradisi ini konon bermula dari cerita tentang Ki Ageng Gribig yang ingin memberikan kue apem kepada muridnya, tetapi jumlahnya hanya sedikit sehingga agar adil maka kue apem tersebut dilemparkan ke muridnya untuk dibagi.

Dari Jatinom anda dapat melihat pemandangan Merapi dan Merbabu yang sejajar. Di kecamatan Jatinom terdapat sumber mata air bawah tanah yang dingin dan jernih yang dapat digunakan untuk mandi. Selain itu Anda dapat melihat deretan gua yang letaknya di dekat sungai. Gua di sana tidak ada stalaktitnya. Biasanya gua tersebut ramai dikunjungi pada bulan Sapar.

SEJARAH

Kyai Ageng Gribig ke Mekkah untuk menunaikan Ibadah Haji. Sewaktu berada di Mekkah mendapat apem 3 buah yang masih hangat, kemudian dibawa pulang untuk anak cucunya, ternyata sampai di Jatinom apem tersebut masih hangat. Dengan bersabda “APEM YAQOWIYU” artinya kata yaa qowiyyu itu ialah Tuhan Mohon Kekuatan. Berhubung apem buah tangan itu tidak mencukupi untuk anak cucunya, maka Nyai Ageng Gribig diminta membuatkan lagi agar dapat merata.

Kyai Ageng Gribig juga meminta kepada orang-orang Jatinom; di bulan Sapar, agar merelakan harta bendanya sekedar untuk zakat kepada tamu. Oleh karena orang-orang semua tahu bahwa Nyai Ageng Gribig sedekah apem, maka kini penduduk Jatinom ikut-ikutan sama membawa apem untuk selamatan. Sekarang ini orang-orang Jatinom membawa apem untuk diserahkan ke Panitia Penyebaran Apem, dan sesudah sholat Jumat disebarkan di lapangan.

Menurut kepercayaan warga, apem tersebut sebagai syarat untuk bermacam-macam maksud. Bagi petani dapat untuk sawahnya, agar tanamannya selamat dari hama. Ada yang percaya bahwa apem tersebut akan membawa rezeki, membawa jodoh, dan lain-lain. Bahkan, ada yang percaya siapa yang mendapat banyak apem pada perebutan itu sebagai tanda akan memperoleh rezeki melimpah. Saking percaya hal itu ada yang kaul (nadar) menggelar wayang kulit, atau pertunjukan tradisional yang lain.

Jumat siang, ribuan orang memadati lapangan di dekat Masjid Ageng Jatinom Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten untuk berebut kue apem yang disebar, yaa qowiyyu yang dirayakan pada setiap hari Jumat bakda sholat Jumat pada pertengahan bulan Sapar ini telah ada sejak jaman sejarah Kyai Ageng Gribig.

Maka, tak heran jika pada puncak acara peringatan yaaqowiyuu ini pengunjung melimpah yang datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Acara tradisi budaya tersebut digelar untuk mengenang jasa Ki Ageng Gribig, tokoh ulama penyebar agama Islam di Jawa, yang menetap dan meninggal di Jatinom.

Pada Kamis siang sebelum apem disebar pada hari jumat, apem disusun dalam dua gunungan yaitu gunungan lanang dan gunungan wadon. Gunungan apem ini lalu akan diarak dari Kantor Kecamatan Jatinom menuju Masjid Ageng Jatinom yang sebelumnya telah mampir terlebih dahulu ke Masjid Alit Jatinom. Arak-arakan ini diikuti oleh pejabat-pejabat kecamatan, kabupaten, Pemerintah Daerah Kabupaten, Bupati (atau yang mewakili), Disbudparpora (Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga) dari Klaten. Arak-arakan jalan kaki ini juga dimeriahkan oleh marching band, reog, seni bela diri dan Mas Mbak Klaten yang terpilih.

Setelah kedua gunungan apem sampai di Masjid Ageng Jatinom maka gunungan apem tersebut dimalamkan di dalam Masjid untuk diberi doa-doa. Pada hari Jumat setelah sholat Jumat, apem tersebut disebar oleh Panitia bersama dengan ribuan apem sumbangan dari warga setempat.

Banyak orang berpendapat bahwa apem yang ada di gunungan dan telah dimalamkan di Masjid Ageng itulah apem yang paling “berkhasiat” atau manjur. Menurut banyak warga sebenarnya dari ribuan apem yang disebar apem yang telah dimalamkan di Masjid tersebut adalah apem yang benar-benar punya berkah. Tapi meskipun demikian tidak berarti ribuan apem lain yang disebar tidak membawa berkah, masyarakat percaya bahwa apem-apem yang disebar itu punya berkah. Menurut para sesepuh Jatinom, gunungan apem itu mulai diadakan sejak 1974, bersamaan dengan dipindahnya lokasi sebaran apem dari halaman Masjid Gedhe ke tempat sekarang. Sebelumnya, acara sebaran apem tidak menggunakan gunungan.

Penyusunan gunungan itu juga ada artinya, apem disusun menurun seperti sate 4-2-4-4-3 maksudnya jumlah rakaat dalam shalat Isa, Subuh, Zuhur, Asar, dan Magrib. Di antara susunan itu terdapat kacang panjang, tomat, dan wortel yang melambangkan masyarakat sekitarnya hidup dari pertanian. Di puncak gunungan terdapat mustaka (seperti mustaka masjid) yang di dalamnya berisi ratusan apem.

Ada perbedaan antara gunungan lanang dan wadon. Gunungan wadon lebih pendek dan berbentuk lebih bulat. Gunungan lanang lebih tinggi dan di bawahnya terdapat kepala macan putih dan ular. Kedua hewan itu adalah kelangenan Ki Ageng Gribig. Macan diibaratkan Kiai Kopek yakni macan putih kesayangan Ki Ageng Gribig, sedangkan ular adalah Nyai Kasur milik Ki Ageng Gribig.

Kota Jatinom penuh sesak adanya beribu-ribu orang yang ada disitu meminta berkah kepada Kyai Ageng Gribig yang dimakamkan di Jatinom itu. Tetapi hendaknya kita selalu sadar bahwa: Mintalah sesuatu itu hanya kepada Allah semata.

Perayaan Yaaqowiyuu di Jatinom, Klaten, banyak dikunjungi puluhan ribu wisatawan lokal dan mancanegara. Mereka berkumpul di lapangan dekat Masjid Besar Jatinom, menunggu acara sebar kue apem yang dilakukan setelah selesai salat Jumat. Sekarang ini, sebanyak 5 ton kue apem yang diperebutkan para pengunjung.

Di lokasi ini terdapat juga peninggalan Kyai Ageng Gribig berupa: Gua Belan, Sendang Suran, Sendang Plampeyan dan Oro oro Tarwiyah. Disamping itu masih ada satu peninggalan yaitu Masjid Alit atau Masjid Tiban. Perlu kiranya ditambahkan disini bahwa sepulangnya Kyai Ageng Gribig dari Mekah tidak hanya membawa apem saja tetapi juga membawa segenggam tanah dari Oro-Oro Arofah dan tanah ini ditanamkan di Oro-Oro Tarwiyah.

Adapun Oro-Oro ini disebut Tarwiyah karena tanah dari Mekah yang ditanam Kyai Ageng Gribig yang berasal dari Padang Arofah ketika beliau sedang mengumpulkan air untuk bekal untuk bekal wukuf di Arofah pada tanggal 8 bulan Dzulhijah. Dari tanggal 8 Dzulhijah ini dinamakan Yaumul Tarwiyah yang artinya pada tanggal itu para jamaah Haji mengumpulkan air sebanyak banyaknya untuk bekal wukuf di Arofah.

CATATAN

Apem yaaqowiyuu artinya DOA kepada Tuhan untuk mohon kekuatan itu bisa untuk tumbal, tolak bala, atau syarat untuk berbagai tujuan. Yaqowiyu diambil dari doa Kyai Ageng Gribig sebagai penutup pengajian yang berbunyi : Ya qowiyu Yaa Assis qowina wal muslimin, Ya qowiyyu warsuqna wal muslimin, yang artinya : Ya Tuhan berikanlah kekuatan kepada kita segenap kaum muslimin, doa tamu itu dihormati dengan hidangan kue roti. Sekarang pada malam Jumat dan menjelang sholat Jumat pada pertengahan bulan Sapar, Doa Kyai Ageng Gribig itu dibacakan dihadapan hadirin, para pengunjung kemudian menyebutkan Majelis Pengajian itu dengan sebutan nama : ONGKOWIYU yang dimaksudkan JONGKO WAHYU atau mencari wahyu. Kemudian oleh anak turunnya istilah ini dikembalikan pada aslinya yaitu YAQOWIYU.

#Sumber Suara Merdeka/Merawati Sunantri.

WIRID WABAL UNTUK MENGHADAPI SEMUA KEADAAN YANG MENDESAK DALAM HIDUP KITA

 

Ijazah Budayawan Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) dalam acara majelis maiyahan.  Untuk Cak Nun, lahumul fatihah..

Berikut rangkaian wiridnya:

Tawassul kirim AL FATIHAH terutama KANJENG NABI MUHAMMAD SAW (bisa ditambahkan kepada siapa Anda kirim alfatihah, misalnya untuk guru kita: Emha Ainun Najib)

YA ROHMAN YA ROHIM YA FATTAH YA HALIM YA HADI YA MUBIN, YA ALLAH KABULKANLAH HAJAT KAMI …….. (isi dengan hajat anda dengan menggunakan bahasa yang anda pahami bisa diucapkan dan bisa dibatin saja)  ALHAMDULILLAHIROBBILALAMIN

LA HAULA WA LA QUWWATA WA LA SULTHONA ILLALLAH  ( siapkan air minum dan minumlah) lanjutkan dengan:

Wirid dimulai baca SURAT AL-FATIHAH 1x , SURAT AL-IKHLAS 1 x, AL-FALAQ 1x dan AN-NAAS 1 x

DOA WABAL: BISMILLAHI AUDZUBIKA YA DZAL WABALI, BISMILLAHI AUDZUBIKA YA SYADIDAL ‘IQABI, BISMILLAHI AUDZUBIKA YA DZAL ‘ADLI WAL QHISTI, BISMILLAHI SHODAQTA SHODAQTA SHODAQTA SHODAQTA SHODAQTA YA DZAL WABAL YA DZAL WABAL YA DZAL WABAL.

INNAMA AMRUHU IDZA ARODA SYAIAN AYYAQULA LAHU KUN FAYAKUN.

Wirid selesai. Bisa dijadikan rutinitas sesuai dengan kebutuhan anda.

MENYIKAPI ALIRAN SESAT

Akhir-akhir ini, media massa dicecar pemberitaan tentang aliran yang dianggap sesat. Bagaimana kita menyikapinya? Berikut artikel yang bisa kita jadikan bahan perenungan yang ditulis oleh Kyai Muhammad Luthfi Ghozali, pengasuh Ponpes “Al Fithrah” Gunungpati Semarang yang sudah pernah dimuat di koran Suara Merdeka, 3-2-2006.

SEJAK manusia diturunkan di muka bumi, Allah SWT berfirman kepada Nabi Adam as. dan istrinya,”Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka “.( QS Toha 123). Yang demikian itu adalah sunatullah yang sejak diciptakan-Nya tidak akan ada perubahan lagi untuk selama-lamanya.

Sejak itu manusia dengan dunianya terbagi menjadi dua golongan, golongan yang baik dan yang jelek, golongan yang lurus dan yang sesat. Masing-masing golongan sebagai musuh yang akan mendapat bala bantuan, golongan yang lurus dengan malaikat dan yang sesat dengan setan.

Selama kehidupan manusia masih ada, maka keburukan dan kejelekan akan tetap ada, bahkan menjadi satu bagian yang tidak dapat dipisahkkan menjadi satu sistem yang saling terkait. Artinya kalau tidak ada yang namanya sesat maka tidak ada yang namanya lurus.

Oleh karena itu yang dikatakan kesesatan, kemungkaran dan kemaksiatan, selama tidak membahayakan bagi keselamatan jiwa manusia, tidak seharusnya diperangi dan dihancurkan (kecuali pada masa perang), tapi diantisipasi dampak negatifnya dan dijadikan tolak ukur serta peringatan.

Supaya yang lurus dan yang makruf, mengetahui kebenaran dirinya dan kemudian mampu disyukuri oleh manusia, bahwa dirinya telah dimasukkan di dalam golongan yang terbaik dan “selamat”.

Yang sesat bisa saja menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat manakala yang lurus mampu menyikapinya dengan tepat. Seperti kotoran binatang ternak yang menjijikkan dan najis, manakala manusia mampu memanfaatkannya dengan benar, kotoran itu akan dapat menyuburkan tanaman.

Demikian pula iman, ia harus teruji, sedangkan realita (keburukan dan kebaikan) adalah sarana ujian yang sangat efektif supaya iman menjadi semakin kuat. Setan dan nafsu sahwat, walau keduanya adalah bagian yang buruk dan musuh utama bagi manusia, akan bermanfaat bagi kehidupan orang-orang yang beriman manakala mereka mampu memperlakukannya dengan benar.

Sebagai kalifah bumi, manusia harus menentukan pilihan jalan hidupnya, supaya manusia mendapatkan pahala atau dosa, di sinilah letak kemanfaatan yang sesat. Seandainya yang ada hanya yang lurus saja, berarti manusia telah kehilangan fungsi hidupnya. Selanjutnya kehidupan akan menjadi mandul dan tidak bergairah. Oleh karenanya, setiap pribadi yang beriman tertantang untuk meningkatkan ilmu dan imannya, lebih-lebih para ulama.

Ketika mereka melihat yang sesat, sebagai penyeimbang kehidupan, seharusnya mereka juga mampu memperlihatkan yang lurus. Supaya manusia mampu memilih jalan hidupnya sendiri. Supaya manusia mampu bermujahadah untuk meningkatkan hak kebebasannya dalam memilih, dengan itu manusia akan mendapatkan “peningkatan derajat” di sisi Allah

Mencegah kemungkaran itu tidak selamanya dengan menghancurkan “sarang kemungkaran” yang terjadi di dalam realita saja. Yang lebih penting adalah menghilangkan “penyebab kemungkaran” yang ada dalam hati manusia sendiri, yaitu “potensi untuk berbuat jahat” yang setiap manusia pasti memilikinya.

Dengan membangun amal makruf, meningkatkan kekuatan iman dengan jalan beribadah dan mujahadah di jalan Allah, bagaimana supaya “potensi kejelekan” itu dapat dihindari.

Kerugian

Kalau manusia hanya mengubah kemungkaran yang ada di luar jiwanya saja, maka manusia akan mengalami kerugian dalam beberapa hal.

Pertama, melupakan potensi kemungkaran yang ada dalam dirinya sehingga manusia cenderung terjebak untuk berbuat sombong. Kedua, amar makruf menjadi terabaikan.

Ketiga, oleh karena terbitnya setiap kemungkaran pasti dari limbah kehidupan, maka selama kehidupan masih ada berarti kemungkaran pasti juga ada. Dengan asumsi demikian, maka perbuatan itu – menghancurkan sarang kemungkaran – akan menjadi sia-sia belaka.

Sebaliknya, manakala orientasi ibadah dibangun di dalam aspek amar makruf, hasilnya pasti sangat berbeda. Pertama, secara otomatis saat itu bagian kemungkaran yang ada dalam diri manusia terisi dengan kebaikan. Selanjutnya ketika yang lurus dan yang sesat berjalan seimbang, manusia dengan ilmu dan imannya dapat menentukan pilihan untuk melaksanakan fungsi kekalifahannya. Hasilnya, dengan izin Allah kemungkaran akan ditinggalkan.

Kalau kemudian sebagian manusia ada yang memilih mengerjakan kemungkaran dan meninggalkan amal makruf, itu adalah salahnya sendiri dan untuk itulah neraka telah disiapkan jauh sebelum manusia diciptakan. Kalau semua manusia mengikuti jalan yang lurus, karena setiap kesesatan telah berhasil dihancurkan, berarti tujuan proyek pembangunan neraka menjadi gagal total.

Komunitas Eden yang dipimpin Lia Aminuddin hanyalah sekelompok kecil manusia lemah yang sedang dimabukkan bayangan imajinasi yang telah meracuni kesadaran basyariah. Adalah contoh kecil yang telah mampu dimunculkan oleh keanekaragaman kehidupan yang menarik untuk disimak sebagai pelajaran dan penelitian.

Bagaikan manik-manik kehidupan yang mewarnai samudra kehidupan yang terbentang luas, keberadaannya hanyalah seperti sepercik bintang kecil di tengah-tengah taburan gemerlap bintang yang menghiasi langit.

Kalau toh ada penyimpangan di sana, barangkali hanyalah penyimpangan pribadi yang teramat kecil yang tidak membahayakan bagi kehidupan umat manusia, dibandingkan dengan penyimpangan yang diperbuat oleh sekelompok manusia lain yang ada di sekeliling mereka yang jauh lebih membahayakan. Seperti budaya korupsi yang telah mampu memunculkan kecemburuan sosial dan bahkan telah memakan banyak korban.

Dengan penanganan yang arif dan bijaksana serta penuh rahmatan lil alamin dari para penyelenggara negara yang terhormat, barangkali akan lebih bermanfaat dan lebih menunjukkan tingkat kepribadian yang tinggi serta kedewasaan dalam menentukan sikap dan sudut pandang. Baik secara khusus untuk kehidupan Lia dan komunitasnya maupun secara umum bagi keseimbangan kehidupan manusia secara universal, daripada harus menghancurkan bagian kehidupan yang secara hakiki memang tidak dapat dihilangkan itu yang malah akan menimbulkan penilaian yang negatif dari berbagai pihak, baik dari dalam negri sendiri maupun dari luar negri.

Seleksi Alam

Inilah bagian ujian hidup dan sistem seleksi alam yang harus mampu diselesaikan dan dilewati oleh setiap manusia, maka hanya Ulul Albab yang dapat mengambil pelajaran.

Allah telah memberikan solusi dengan firman-Nya, “Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”.QS.aI-Kahfi/29.

Oleh karena itu manusia harus membekali hidupnya dengan ilmu pengetahuan yang tinggi dan iman yang kuat serta pelaksanaan akhlak yang mulia supaya mereka dapat mensikapi aliran sesat dengan cara yang tidak sesat.

Mengupas keramat candi kethek karanganyar jawa tengah

CANDI KETHEK berada di lereng barat Gunung Lawu. Siapa sangka, candi ini tak jauh dari kawasan Candi Cetho yang terletak di Desa Blumbang, Jenawi, Karanganyar.

Candi Kethek diduga merupakan peninggalan peradaban Hindu, sekitar tahun 1451 M. Konon banyak kejadian mistis terjadi di candi yang bentuknya tak seutuh Candi Cetho ataupun Candi Sukuh yang ternama di Karanganyar.

Candi Kethek adalah sebuah situs bekas bangunan candi dengan empat teras bertingkat yang menghadap ke arah barat. Masing-masing teras itu dihubungkan dengan undakan batu.

Candi Kethek dikelilingi oleh bukit-bukit yang lapang, dengan berbagai macam pepohonan yang tumbuh di sekitarnya.

Pada teras pertama candi terdapat struktur bangunan di sisi timur laut. Teras kedua dan ketiga masing-masing terdapat dua struktur bangunan di sisi utara dan selatan. Sedangkan teras keempat, teras teratas, diperkirakan merupakan tempat berdirinya bangunan induk candi, yang sekarang didirikan sebuah istana kecil dengan kemuncak mahkota berwarna keemasan, dibalut Kain Poleng khas Bali.

Untuk menuju ke Candi Kethek, jalan yang ditempuh tak mudah. Dari Candi Cetho masih harus menempuh jarak kurang lebih empat kilometer, melewati tengah hutan yang sulit dilalui. Agar tidak tersesat, meminta bantuan dari warga sekitar sangat direkomendasikan.

Terkenal Untuk Tempat Lelaku

Candi Kethek sendiri pertama kali ditemukan oleh warga, Sudarno, yang sedang mencari rumput di tengah hutan. Ketika ia menyabit rumput, ia terkejut sebab berulangkali arit yang digunakan menyentuh benda keras. Ketika digali lagi, ternyata benda keras tersebut berwujud batu bersusun sepanjang 1,5 meter.

Sebelum Sudarno menemukan candi tersebut, ada sejumlah warga yang melihat cahaya putih dan hijau yang bersinar di angkasa, kemudian jatuh ke bukit yang menunjukkan tempat ditemukannya candi tersebut.

Dinamakan Candi Kethek, lantaran ketika ditemukan pertama kali di puncak bukit, pernah terdapat arca kera (kethek). Namun dalam perkembangannya, arca tersebut musnah tanpa ada yang mengetahui.

Ada banyak kisah angker di lokasi candi. Penampakan berwujud kera, suara tanpa wajah, kerap ditemui di sekitar candi. Warga yang kebetulan sedang berada di sana, diminta untuk tidak bertindak gegabah agar tak mengalami hal-hal buruk.

Meski candi ini dikenal wingit dan angker, banyak orang yang mendatangi candi ini untuk menunaikan lelaku. Ada banyak pengharapan yang disampaikan. Ada yang ingin meraih ketenteraman hidup, naik pangkat, hingga dilancarkan dalam rezeki. Tempat ini selalu ramai setiap malam Jumat.

rute candi kethek

Candi Kethek letaknya tidak jauh dari Candi Cetho. Candi Kethek tidak bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan bermotor. Oleh sebab itu jalan satu-satunya adalah dengan berjalan kaki. Untuk mencapai Candi Kethek, harus berjalan kurang lebih 300 m melewati jalan setapak dari tanah yang terdapat dihutan belakang Candi Cetho. Jalurnya menuruni sabuah bukit, kemudian menyebrangi sebuah sungai kecil, lalu menaiki sebuah bukit lagi dan dibukit itulah Candi Kethek berada.

5 Falsafah Jawa

Ada lima falsafah jawa yang berguna untuk kita menghadapi perjalanan kehidupan kita diantaranya:

1. Kukilo (Burung)

2. Wanito (Wanita)

3. Curigo (Waspada)

4. Turonggo (Kuda)

5. Wismo (Rumah)

1.Kukilo (Burung)

Kebanyakan orang jawa selalu memelihara binantang peliharaan, dan kebanyakan pula binatang peliharaan yang umum di rawat adalah burung perkutut. Karena suaranya yang bagus merdu dan menentramkan suasana.Didalam kehidupan ini kita harus bisa mengikuti burung perkutut,yaitu dengan selalu bersuara yang bagus untuk didengar oleh oranglain, tidak selalu mengeluarkan suara yang bisa menyakiti hati orang lain’.

2.Wanito (Wanita)

Wanita secara universal melambangkan kelembutan, cinta kasih,perasaan sayang. Kita hidup didunia pastilah berada ditengah-tengah manusia dan makhluk lainnya. Kita

‘harus selalu memberikan rasakelembutan kita, cinta kasih kita dan rasa sayang kita kepada semuamakhluk ciptaan sang Maha Kuasa’.

3.Curigo (Waspada)

Didunia kita pasti tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita beberapa detik, menit atau jam kedepan. Dengan sikap waspada ini maka kita diharapkan bisa selalu waspada akan gerak dan segala tingkah lakukita agar kejadian yang akan datang tidak menjadikan penderitaan pada diri kita sendiri. Curigo juga bisa diartikan dengan ‘

Eling terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena Beliau lah yang menciptakan masa lalu, masa sekarang dan masa depan kita’.

4.Turonggo (Kuda)

Untuk dapat mengendalikan kuda disaat kita menungganginya, maka tali kendali yang harus kita pegang erat. Dalam kehidupan pengendalian diri akan segala nafsu dan ego harus kita kendalikan. Bukan dengan mengumbar nafsu, ego dan angkara murka.

5.Wismo (Rumah)

Rumah, setiap kali kita pergi pasti akan kembali kerumah. Dari sini diartikan kita hidup didunia ini hanya keluar sebentar dari rumahkita yang sebenarnya, dan suatu saat pasti akan kembali ke rumahabadi kita yaitu rumah Tuhan’. Dan kita selagi didunia harus tahu apa yang akan kita bawa sebagai oleh-oleh untuk-NYA agar kita lebih disayang oleh-Nya

MANTRA GENDAM

Perbuatan kejahatan dengan menggunakan gendam semakin marak di sekitar kita. Apa dan bagaimana menguasai ilmu gendam? Untuk menjadi ahli ilmu gendam, seseorang perlu belajar tentang dua hal yaitu:

1. Ilmu hipnosis. Untuk mengetahui seluk-beluk hipnosis tidak lengkap kiranya bila seorang tidak belajar tentang NEURO LINGUISTIC PROGRAMMING (pemrograman bahasa otak). Biasanya diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pelatihan di hotel-hotel berbintang.

2. Ilmu gendam tradisional menggunakan amalan khusus.

adalah sebagai berikut:

SAK DURUNGE ALLAH GAWE BUMI PEPITU LAN LANGIT SAP PITU, ALLAH NURUNAKEN LAFAL ALIP KANG TUMURUN ANA ING TENGAH-TENGAHE JAGAT WUJUDE ALIP IKU NURULALLAH KANG SUMURUP ANA ING RAGAKU REP SIREP KERSANE ALLAH KEM – BUNG –KEM KERSANE ALLAH LAILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH.

Mantra dibaca 3 kali kemudian hentakkan kaki ke bumi 3 kali.

Selain dipakai untuk kejahatan, mantra gendam ini juga memiliki manfaat yang positif juga. Misalnya untuk memperlancar berbicara di depan umum (pidato), membungkan mulut orang yang dholim dan sebagainya. Wallahu’alam.

HARI YANG PALING BERBAHAYA

“dalane waskita saka niteni”

Salah satu karya para leluhur Jawa dalam membaca tanda-tanda atau gejala alam kosmis adalah Primbon. Membaca ILMU TITEN yang berbentuk Primbon, kita seakan diajak untuk membuka kamus tentang hidupnya orang Jawa yang penuh dengan ‘petung’ atau hitung-hitungan. Misalnya, kapan kita tidak boleh bepergian, kapan kita boleh melaksanakan hajatan, apa makna di balik mimpi, cara berdoa dan lain sebagainya.

Tidak salah kiranya kita membaca primbon dengan niat agar kita juga bisa menyerap kearifan nenek moyang kita dulu dalam mengolah hidupnya dan berjuang di dunia yang keras ini. Para nenek moyang kini tentu sudah tiada, namun mereka meninggalkan warisan yang tidak ternilai harganya. Kemerdekaan bangsa, tata nilai dan peradaban yang adi luhung, kesadaran antropologis-kosmis, bahkan nilai-nilai religiusitas yang kita anut bukankah itu juga peninggalan nenek moyang?

Pada kesempatan kali ini, akan dipaparkan apa HARI YANG PALING BERBAHAYA karena mengandung bahaya atau naas sehingga kita diminta untuk tidak bepergian jauh, maupun menyelenggarakan hajatan. Hari itu adalah:

1. RABU LEGI

2. MINGGU PAING

3. KAMIS PON

4. SELASA WAGE

5. SABTU KLIWON

Sementara yang juga dikategorikan HARI BAHAYA adalah:

1. MINGGU PAING

2. SABTU PON

3. JUMAT WAGE

4. SELASA KLIWON

5. SENIN LEGI

6. KAMIS WAGE

Pada hari-hari itu, kita diminta untuk banyak berdoa dan melaksanakan ibadah agar diberi keselamatan hidup dunia akhirat, lahir dan batin. Nah, sebuah anjuran yang bagus bukan?

Ada juga jam-jam larangan agar pasangan suami-isteri tidak melaksanakan saresmi/bersetubuh karena akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan. Jam-jam itu siang dan malam yaitu:

HARI MINGGU: Jam 10 s/d Jam 11 dan Jam 5 s/d Jam 6

HARI SENIN: Jam 8 s/d jam 9 dan Jam 3 s/d Jam 4

HARI SELASA: Jam 6 s/d jam 7 dan Jam 1 s/d jam 2

HARI RABU: Jam 12 s/d jam 1 dan Jam 6 s/d Jam 6

HARI KAMIS: Jam 10 s/d Jam 11 dan Jam 3 s/d jam 4

HARI JUMAT: Jam 8 s/d jam 9 dan jam 1 s/d jam 2

HARI SABTU: Jam 6 s/d jam 7 dan jam 11 s/d jam 12.

Sebagai tambahan, sebelum melakukan persetubuhan, kita disarankan untuk membaca doa sebagai berikut:

“Niyatingsun munggah ing girikumala angengakake lawang kancana tinampan mbok dewi Pertimah, ashaduallah illa haillallah waas hadu anna MuhammadarRasulullah”

Diteruskan membaca:

Aku lanang sejati, anurukake rasa tumiba rachmatullah, kang linuku racuk garu, kang ginaru lacuk luku, kang thukul ing krakatoilah, kang sinung kanugrahane Allah, lailla haillallah Muhammadarrasulullah.

Setelah selesai melakukan persetubuhan, membaca:

Niyatingsun mudhun saka girikumala, anginebake lawang kancana atas Gusti Kang Agung, atas Gusti Rasulullah, lailla haillallah Muhammadarrasulullah.

ELMU PUJI DINA

Remagelung junti

Bilih wonten para sedulur kang duwe musuh kang arep gawe ala marang panjenengan utawa duwe usaha terus wonten saingan kang bade ngadang usaha panjenengan.. mangga Memaca elmu puji dina..

(artinya: Bila ada para sahabat yang punya musuh yang akan membuat celaka anda atau punya usaha dan ada saingan yang akan menghalangi usaha tersebut, silahkan baca Ilmu Puji Dina)…

BISMILAH..SENTIK MELIK PUJI DINA.. PUJINE SI BIBIT SANA..SAPA KANG NGADANG NGADANG ISUN..SAPA KANG NGUNGKUL NGUNGKUL ISUN..BAKAL KESABET MARANG PUJI DINA..

Mangga para sesepuh kampus., punten lamun wonten kalepatan kawula. @

AJI WEWE PUTIH

celetukan segar

celetukansegar@gmail.com

Aji Wewe Putih, merupakan ajian kategori Aji Panglimunan

(menghilang/menyamarkan diri). Aji Wewe Putih ini terdiri dari

beberapa varian lafal yang berbeda. Jumlah puasa yang harus dijalankan

juga tak sama, meskipun menggunakan puasa ngebleng. Di samping itu,

laku pengiring yang dilakukan pun berbeda. Ada yang memakai kain kafan

(atau asal putih), mandi kembang, sholat hajat, dan lain sebagainya.

Di bawah ini ada tiga contoh variannya :

1. “Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ingsun amatak ajiku si wewe putih.

Wewe putih gendhongen aku. Kudungana mega mendhung cat tan katon. Wong

sewu padha lamur. Pitos tan ana weruh. Sangka kersaning Allah.”

2. “Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ingsun matek ajiku wewe putih.

Nganggo kemul mega putih. Kang maya-maya tan kena sinawang ing mata,

tan katon saking kersaning Allah.”

3. “Sallalahu alaihi wasalam. Ingsun nggugah sedulur ingsun si wewe

putih, kang kinemulan mega putih, sinawang maya-maya datan katon. Bis

teguh, ning luput, jubah cupet 3x, cupet saking kersaning Allah,

turuk’e nini buntet, peline si kaki cupet, cupet, cupet ,cupet, saking

kersaning Allah.”

Dilihat dari pilihan kata, varian 1 dan 3, diduga berasal dari

Jawa-Tengahan. Sedangkan varian kedua, dimungkinkan asli dari

Jawa-Timuran. Dalam segi pemakaian, nampaknya varian 1 yang paling

populer.

Seperti ajian lain yang beraroma Agama Islam, ada yang menggunakan

Paham Basmalah (maksudnya diawali dengan Basmalah), ada yang memakai

Paham Sholawat (maksudnya diawali dengan Sholawat). Demikian juga

halnya dengan Aji Wewe Putih ini.

Selain itu, beberapa ajian yang dianggap bisa disalah-gunakan,

biasanya ada penangkalnya, begitu juga dengan Aji Wewe Putih ini.

Penangkal dari aji ini, salah satunya disebut Amalan Siluman Putih.

Amalan ini mampu membuat penggunanya dapat melihat orang yang memakai

Aji Wewe Putih. Meskipun amalan ini pula sebenarnya termasuk kategori

Aji Panglimunan